Pada bulan April ini kita banyak memperingati hari-hari nasional dalam rangka memperingati dan sebagai penghormatan kita terhadap tokoh-tokoh terdahulu yang memiliki banyak kontribusi dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat indonesia, salah satunya adalah Ibu Kita Kartini sebagai sosok pahlawan wanita yang gigih dalam memperjuangkan emansipasi/hak-hak wanita, yang hingga saat ini sangat terasa berkat perjuangan beliau kaum hawa/ wanita bisa menghirup udara bebas dalam bentuk kemerdekaan atas diri wanita dalam memperoleh hak-haknya, yang tidak membeda-bedakan antara kaum adam/laki-laki dan kaum hawa (wanita). Merujuk pada karya Ibnu Jauzi dalam kitabnya “Ahkamu An-Nisa” disebutkan bahwa Wanita adalah sosok manusia yang dibebani perintah (mukallaf) seperti halnya pria. Oleh karena itu, sudah seharusnya jika ia berusaha keras menuntut ilmu untuk meraih cita-cita dan impian yang ingin diraihnya. Dalam ranah ini penulis ingin menyampaikan betapa pentingnya dan memang harus ada arti dari kesetaraan gender, yang tidak membeda-bedakan/ mendeskriminasikan hak-hak wanita dan laki-laki selama masih ada dalam koridor wilayah batasan-batasan tertentu. Adalah penting bagi wanita untuk meningkatkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk meraih hasrat yang kuat dan cita-cita tinggi dalam menciptakan peradaban yang gemilang. Hal tersebut telah dicontohkan oleh tokoh/pelopor wanita yang gigih memperjuangkan hak-hak wanita pada masa silam. Secara historis, bila kita melihat sejarah terdapat banyak tokoh yang luar biasa gigihnya dengan semangat yang berkobar-kobar dalam memperjuangkan hak-hak wanita untuk memperoleh suara dalam setiap lini kehidupan, salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini dengan bukunya yang terkenal yaitu “Door Duistermis tox Licht”, Habis Gelap Terbitlah Terang, yaitu buku yang berisikan surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda yang itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari seorang kartini untuk melepaskan kaumnya (wanita) dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.
Seorang RA Kartini yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879 akhir abad 19 sampai awal abad 20 menjadi pendobrak dan pelopor yang memeperjuangkan emansipasi/ kebebasan wanita dalam berbagai hal khususnya dalam bidang pendidikan yang saat itu wanita tidak diperkenankan memperoleh pendidikan yang tinggi seperti halnya pria. Dan ada banyak tokoh lainnya yang berjuang untuk memerdekakan kebebasan hak-hak wanita untuk bersuara, berpendapat, mencurahkan ide dan gagsannya dalam memerangi kebodohan dan ikut andil dalam membangun kemajuan bangsa, seperti; Cut Nya Dhien, Chut Mutiah, Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Nyi Walandouw Maramis, Chirtina Martha Tiahohu, dan sebagainya yang mereka berjuang di daerah masing-masing, di Aceh, Jawa, Maluku, Menado, dan lainnya, dengan berbagai cara yang dilakukan, ada yang melalui pendidikan, pergerakan organisasi, mengangkat senjata dan sebagainya.
Terlebih pada era globalisasi saat ini, sudah seharusnya wanita masa kini dapat meretas jalan dan mengikuti jejak langkah para pendahulunya untuk ikut andil dan berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa, membangun karakter demi mencapai peradaban yang tinggi. Menjadi wanita independen adalah sosok wanita yang ideal yang mampu berdiri sendiri, kuat akan prinsip dan memegang teguh pendirian. Di zaman modernisasi ini memang kita telah merdeka, tapi pada hakekatnya kita masih ada dalam penjajahan secara halus yang tidak terasa membuat rusak dan bobroknya moral. Memang kesetaraan gender adalah hal yang mendasar untuk mempersamakan hak wanita dan laki-laki untuk bisa hidup berdampingan dalam tataran kehidupan. Wanita bukan hanya memiliki hak-hak, namun juga kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab yang menjadikannya sebagai makhluk yang menyandang kemuliaan dan penghormatan yang tinggi. Secara kodrat yang tidak boleh dinafikan yaitu wanita terlahir sebagai istri bagi suaminya, menjadi ibu bagi anak-anaknya yang itu merupakan sebagai kewajiban terbaik yang harus dilakukan oleh seorang wanita selain memperoleh persamaan hak dalam hal pendidikan, pekerjaan, profesi, jabatan dan sebagainya. Dan untuk membentuk pribadi yang luar biasa, kita bisa melihat filosofi dari sebuah tiang bendera. Lihatlah tiang bendera dengan sekasama bersamaan dengan bendera yang berkibar begitu gagahnya; ia tinggi, tegap, kokoh, dan setiap orang menghormatinya, tapi lihatlah layang-layang; ia tinggi namun terombang ambing diterpa angin. Untuk itu Jadilah seperti tiang bendera yang kuat dan teguh akan pendirian yang tidak terombang ambing oleh pengaruh yang datang dari luar, dan karenanya orang lain akan senantiasa senang, menghormati dan menghargai.
Ada tiga hal yang bisa menjadikan sosok wanita independen yaitu wanita tangguh dengan kepribadian yang luar biasa, yaitu:
Pertama, Keimanan yang kuat
Wanita dengan keimanan yang kuat maka akan senantiasa menjaga diri dari hal-hal yang tercela, prilaku yang negative, perbuatan yang diluar batas norma dan agama. Dengan memiliki iman yang kuat maka aura kecantikannya akan terlihat dari luar dan dalam (inner beauty). Mantap….!! Dengan seperti itu maka ia bisa menjadi teladan dan panutan yang bisa menjadi contoh bagi lingkungan yang ada disekitarnya. Dari iman itu akan terpancar dan terlihat dari kehidupan sehari-harinya baik prilaku, tutur kata maupun penampilannya. Dengan keimanan yang terpatri dalam hati yang kuat ia tidak akan melakukan hal-hal yang membuat hina dan merendahkan orang lain apalagi dirinya ia akan senantiasa menjaga dan mempertahankan kehormatan dan kemuliaanya.
Kedua, Cita-cita tinggi
Setelah meningkatkan keimanan, maka selanjutnya adalah cita-cita yang tinggi. Setiap orang pasti memiliki harapan, impian dan cita-cita yang tinggi, karena dengan memiliki cita-cita tinggi dan jiwa mulia maka ia tidak akan rela dengan sesuatu hal yang bernilai rendah dan bersifat fana. Dengan cita-cita itulah maka akan timbul kekuatan energi positive dan semangat yang tinggi untuk berlomba-lomba dalam mewujudkan harapan dan tujuan akhir yang hendak dicapainya. Dan dengan itu maka akan muncul hasrat yang kuat untuk mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki tentunya dengan porsi dan batasan kemampuan yang dimiliki. Dengan memiliki impian yang jelas dan pasti adalah setengah keberhasilan telah diraih dan selebihnya digunakan untuk ikhtiar semaksimal mungkin dan terakhir berdoa serta tawakal kepada Allah SWT. Kita sebagai orang yang beriman, dalam qur’an dijelaskan “Wa Laa taiasu min rahmatillah” Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah…. Oleh karenanya harus optimis dalam menatap masa depan yang lebih gemilang….
Ketiga, Kemampuan Intelektualitas
Kemampuan intelektuliatas inilah sebagai symbol dari kesetaraan gender dalam mempersamakan eksistensi wanita dalam ranah pendidikan untuk memperoleh pengetahuan dan wawsan yang tidak dibatasi. Wanita berhak untuk berpendidikan yang tinggi untuk meraih keinginan dan cita-citanya menjadi wanita yang cerdas, bisa melahirkan ide-ide cemerlang dan lebih leluasa untuk mengutarakan pendapat dan gagasan-gagasannya yang didedikasikan untuk kepentingan orang banyak serta yang memiliki jiwa sosial dan nasionalisme yang tinggi. Dan wanita independen adalah wanita yang mampu untuk berkarya secara mandiri tidak bergantung pada orang lain, bersikap dewasa, tidak manja, tegar dalam mengatasi berbagai masalah mampu menempatkan posisi sesuai pada tempatnya.
Ketiga hal itulah yang memungkinkan untuk memununculkan kembali kartini-kartini pada era saat ini sebagai penerus generasi bangsa dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang memiliki kepribadian yang berkualitas.
It's easy if you try...."
BalasHapusthank you, Fik . . . bermanfaat sekali..
BalasHapustetap semangat !
welcome...
BalasHapussyukron jzln..."