Membuka Cakrawala Pengetahuan

Membuka Cakrawala Pengetahuan

Kamis, 28 April 2011

Merenung Sejenak


 Merenung Sejenak
Oleh: Fikri Arief*
Dibalik Angka "26".....
Berbagai macam bencana alam yang terjadi di Indonesia adalah merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, tapi mungkin juga itu merupakan sebuah cobaan, peringatan dan bahkan adzab tergantung manusia itu sendiri menyikapi hal tersebut.
Bagi orang mukmin yang senantiasa taat dan patuh terhadap perintah Allah SWT mungkin menyikapi bencana alam yang terjadi sebagai ujian/ cobaan dari Allah SWT dan hal tersebut dijadikannya “muhasabah an-nafs” sebuah perenungan bahwasannya fenomena bencana alam yang terjadi adalah sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dan juga merupakan sebuah peringatan bagi mereka seperti halnya orang-orang munafik yang mungkin mereka beriman namun tidak sepenuh hati, yang masih banyak melalaikan dan meninggalkan kewajibannya, yakni terkadang ia melaksanakan perintah Allah dan diwaktu lain ia melanggar perintah-perintah-Nya dengan kata lain yang lebih dikenal dengan istilah “STMJ” (Shalat Terus Maksiat Jalan). Dan tidak mustahil fenomena bencana alam yang terjadi ini juga merupakan bentuk adzab dari Allah SWT yang ditujukan kepada mereka yang senantiasa berpaling dan menafikan segala perintah-perintah-Nya. Bila kita melihat disekeliling kita, banyak orang yang bangga akan maksiat yang dilakukannya baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, norma-norma agama dilanggar, moral dan akhlak tidak diperdulikan, nilai-nilai kemanusiaan diabaikan dan kedzaliman dimana-mana, yang dirasa cukup hal ini merupakan sebagai sebab-akibat munculnya adzab dari Allah SWT.
Ada hal yang menarik untuk dicermati, ketika kita melihat tanggal kejadian fenomena berbagai bencana alam yang terjadi, yakni; pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi tsunami di Aceh, 26 Mei 2006 Gempa di Jogja, 26 Juni 2009 gempa di Tasikmalaya, 26 Oktober 2010 tsunami di Mentawai Sumatra, 26 Oktober 2010 gunung merapi meletus di Jogja. Sebenarnya ada apa dengan tanggal “26”?? bila kita merujuk pada mushaf Al-Qur’an khususnya pada surat ke-26 (Asy-Syu’ara), ternyata didalamnya tentang adzab Allah, yang dimana didalamnya menceritakan berbagai kisah orang-orang/ kaum durhaka yang berpaling dari Allah SWT yang menyebabkan datangnya adzab Allah. berbagai kisah didalamnya; Fir’aun yang mengku dirinya sebagai Tuhan yang kemudian ditenggelamkan oleh Allah di laut merah, kemudian adzab Allah terhadap kaum nabi Ibrohim yang menyembah patung-patung berhala, kemudian kaum Nabi Nuh yang tidak taat dan mendustakan perintah Allah SWT termasuk anak dan istrinya yang kemudian Allah mendatangkan adzab banjir bandang yang melenyapkan kaum durhaka tersebut, kemudian kaum ‘Ad yang mendustakan rasulnya (Nabi Hud) yang kemudian Allah membinasakannya, kaum Tsamud yang mendustakan Nabi Shaleh, kaum Luth (kaum Sodom) yang mendustakan Nabi Luth dan berlaku menyimpang (homoseks) yang kemudian Allah membinasakan mereka dengan hujan batu yang begitu dahsyat, kemudian penduduk Aikah yaitu kaum Nabi Syu’aib yang mendustakan rasulnya berbuat sesuatu yang merugikan orang dengan cara mengurangi takaran timbangan kemudian Allah timpakan adzab pada hari yang gelap, sungguh itulah adzab pada hari yang dahsyat.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman (QS. Asy-Syu’ara:190). Adalah hal yang tidak mustahil bagi Allah ketika ia berkehendak “jadilah, maka terjadilah”, ia yang maha kuasa dan maha agung, tidak ada sesuatupun yang serupa dengannya. Wallahu a’lam bishoab.

Rabu, 27 April 2011

Pengembangan Evaluasi Pendidikan

Contoh Pembuatan Butir Soal
Oleh: Fikri Arief Husaen*


Nama              : Fikri Arief Husaen
NIM                : 09410157
Fak/jur/Kls     : Tarbiyah/PAI-F
Pengampu      : DR. Sukiman, S. Ag
Mata Kuliah   : Pengembangan Evaluasi Pendidikan
  1. Tujuan Tes
Ø      Tes Sumatif
·         Mengetahui tingkat penguasaan materi peserta didik terhadap kompetensi dari materi yang telah diajarkan selama setengah semester
·         Menentukan nilai peserta didik selama setengah semester

  1. Kawasan Ukur
Ø      Tes Al-Qur’an dan Hadist, MAN kelas X semeseter 1

  1. Uraian Materi Tes
Ø      Bab I, Al-Qur’an dan Wahyu
a.       Pengertian Al_qur’an dan wahyu
b.      Al-Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat
c.       Fungsi dan tujuan Al-Qur’an
d.      Pokok-pokok isi Al-Qur’an
e.       Kedudukan Al-Qur’an
Ø      Bab II, Hadist, Sunnah, Khabar, Atsar
a.       Pengertian Hadist, Sunnah, Khabar, Atsar
b.      Kedudukan Hadist
c.       Perbedaan Hadis Qudsi dan Nabawi
Ø      Bab III, Kedudukan Al-Qur’an dan Hadist
a.       Perbedaan Al-Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
b.      Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman umat islam
c.       Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber hokum islam

  1. Ranah/ Kompetensi yang diukur
Ranah Kognitif
Bobot
Pengetahuan (C1)
30 %
Pemahaman  (C2)
30 %
Aplikasi        (C3)
20 %
Analisa          (C4)
20 %

  1. Kisi-kisi
I. Proporsi materi/ ranah/ soal
Ranah Materi
Pengetahuan
30 %
Pemahaman
30 %
Aplikasi
20 %
Analiss
20 %
Jumlah
100 %
Bab I
3
3
2
2
10
Bab II
2
3
2
1
8
Bab III
2
3
1
2
7
Jumlah
7
9
5
5
25
II. Bentuk soal dan nomor soal
No
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator
Ranah
Bentuk Soal
Nomor Soal
1
Siswa memahami makna kedudukan dan pokok isi Al-Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat
Al-Qur’an dan wahyu
·    Menjelaskan pengertian Al-Qur’an dan wahyu
·    Menyebutkan Al-Qur’an sebagai mukjizat
·    Menyebutkan mukjizat nabi Muhammad SAW
·    Menguraikan isi kandungan QS. Al-Baqoroh:185 tentang Al-Qur’an sebagai petunjuk manusia
·    Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber hokum islam
·    Memberikan alasan umat islam harus berpedoman pada Al-Qur’an berdasarkan QS. Al-Maidah:48
·    Menyebutkan fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk
·    Menunjukan dalil tentang sumber pokok ajaran islam
·    Menunjukan dalil kemukjizatan
·    Menjelaskan kandungan QS. Al-Baqoroh:2
C2




C1


C1



C4





C2




C4






C1


C3



C3

C2
·       Uraian terstruktur


·        Isian singkat


·       Pilihan ganda



·       Uraian bebas





·       Benar-salah




·       Uraian terstruktur





·       Pilihan ganda


·       Pilihan ganda



·       Pilihan ganda

·       Pilihan ganda




20




11


1



23





17




21






2


3



4

5
2
Siswa mampu membedakan Hadist, Sunnah, Khabar, Atsar, Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi 
Hadist, Sunnah, Khabar, dan Atsar
·      Menentukan kategori hadis qudsi
·      Menyebutkan pembagian hadis
·      Menjelaskan khabar menurut ahli hadis
·      Menyebutkan definisi atsar
·      Menentukan hadis qudsi
·      Menyebutkan pengetahuan hadis
·      Menjelaskan hadis nabawi
·      Mengemukakan pendapat tentang hadis sebagai penguat.

C3



C1

C2


C1

C3

C1


C2

C4
·     Pilihan ganda


·     Benar-Salah

·     Pilihan ganda


·     Benar-Salah

·     Isian Singkat

·     Menjodohkan


·     Pilihan ganda

·     Uraian bebas
    

6



18

7


19

12

14


8

24
3
Siswa dapat menjelaskan Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber hokum islam
Kedudukan Al-Qur’an dan Hadis
·      Menyebutkan kedudukan Al-Qur’an
·      Menyebutkan pengertian Al-Qur’an
·      Menjelaskan Hadis Qudsi dan nabawi
·      Memberikan contoh hadis nabawi
·      Mengemukakan pendapat tentang Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum Islam
·      Menyebutkan pengertian sunnah
·      Menentukan
     pengertian atsar
C1



C1


C2


C2


C4





C1


C3
·     Isian singkat


·     Menjodohkan


·     Uraian terstruktur

·     Pilihan ganda


·     Uraian bebas





·     Menjodohkan


·     Pilihan ganda
13



15


22


9


25





16


10

Soal Tes.
I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada  huruf A, B, C, D atau E!

  1. Nabi Muhammad SAW banyak diberi Allah kemukjizatan, Adapun kemukjizatan yang paling besar adalah….
A.    memecahkan batu pada penggalian pembuatan parit saat masa perang khandak
B.     memberik makan 1000 orang hanya dengan memasak satu sho’ gandum
C.     diturunkannya Al-Qur’an
D.    memenangkan perang Badar
E.     memerangkan perang Khand
  1. Fungsi Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi….

Dahsyatnya Berkarakter Penjual


Hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan lika-liku problematika kehidupan. Berbagai permasalahan dan tantangan yang menghadang merupakan bumbu-bumbu kehidupan yang menghasilkan pengalaman tersendiri dari setiap permasalahan yang ada. kehidupan akan terus berjalan seiring waktu dan roda zaman berputar. Tentunya setiap orang menginginkan perjalanan hidup tersebut terasa menakjubkan.

Sangatlah mudah membenci penjualan atau bahkan apapun yang terkait dengannya, karena yang ada di benak kita seorang penjual adalah suatu kondisi yang susah dan tidak memiliki masa depan yang mencerahkan. Dan bahkan tidak sedikit orang menyimpulkan seorang penjual adalah seorang yang tidak berpendidikan.

Namun bila ditinjau lebih jauh, betapa dahsyatnya karakter penjual. Tanpa disadari setiap orang memilki karakter tersebut. Ingatlah dimasa kecil, tanpa disadari kita bersikap seperti seorang penjual saat membujuk kedua orang tua agar mereka mau mengajak jalan-jalan ketempat berlibur, menambah uang saku, mengurangi jam malam, dsb. Membujuk merupakan sama halnya kita sedang bersikap sebagai seorang penjual.

Mengutip dari salah satu karya Harry Beckwith & Christine Clifford Beckwith(penulis bestseller selling the invisible), “YOU for SALE”, menjelaskan bahwasannya; hidup ini adalah untuk menjual, baik itu menjual barang ataupun citra. Entah itu milik orang lain atau milik anda. Tetapi sebenarnya Andala “barang yang dijual” itu. Andalah nilai yang membuat orang ingin menoleh, mendengar, terkesan lalu menerima apapun yang anda tawarkan.

Sungguh sangat dahsyat apabila kita mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita, dengan mulai memikirkan apa yang bisa kita jual khususnya yang ada dalam diri kita sebagai daya tarik untuk mencapai perubahan yang luar biasa. Mulai untuk menilai diri adalah langkah tepat untuk menjadi seorang yan berkarakter “penjual” professional yang memiliki magnet atau daya tarik yang kuat. Maka dari itu kenalilah diri terlebih dahulu kemudian pusatkan pada apa-apa yang orang beli/ cari, selanjutnya merencanakan dan mempersiapkan terhadap sesuatu terebuat. Sebenarnya kunci keberhasilan dari itu semua adalah komunikasi. Bagaimana caranya kita berkomunikasi dengan baik dengan orang disekitar kita mulai dari cara berbicara, sikap dan meyakinkan orang.

Kita bisa melihat betapa banyak orang-orang sukses dikarenakan mereka mengelola karakter penjual dengan baik. tokoh besar (agama) seperti A’agym; beliau menjual kemampuan dalam memberikan tausiyahnya, Mario Teguh; ia adalah motivator yang menjual kata-kata semangatnya dalam memberikan motivasi, Charly ST 12; ia adalah seorang musisi yang menjual kepiawayanya dalam menciptakan, memainkan dan melantunkan lagu, Baim Wong; ia adalah actor tampan yang menjual kemahirannya dalam berakting, dsb. Bahkan orang-orang Cendikiawan, ilmuan, politisi, dsb yang terdahulu hingga sekarang seperti; Thomas Alfa Edison (penemu lampu), Albert Einstein (Ilmuan), Mark Zuckberg (pencipta facebook), Bill Gates (pencipta Microsoft). Adalah mereka yang selalu di kenal di seluruh dunia dan tercatat dalam sejarah sebagai orang yang memiliki pengarus besar terhadap perubahan dunia. Karena ia menjual potensi dan kemampuannya dan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

So… tunggu apalagi?! Ayo kita menjual diri kita, maksudnya segala potensi dan kemampuan yang ada dalam diri kita untuk menuju perubahan yang sangat luar biasa…!!! Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya….”

Ikatan Persaudaraan


Hampir di setiap kampus kita bisa menjumpai banyak perhimpunan mahasiswa berdasarkan ikatan kedaerahan/ daerah asal. Perhimpunan ini juga resmi layaknya sebuah organisasi yang memiliki beberapa program kegiatan selain kumpul-kumpul bareng. Saya rasa ini wajar karena ini merupakan sebuah ikatan persaudaraan yang juga merupakan ajang untuk saling mengenal satu sama lain berdasarkan keluarga besar daerah asal. Justru dengan adanya perhimpunan seperti itu bisa saling memperluas dan mempererat rasa persaudaraan khususnya sesama “penuntut ilmu” (perantau) berdasarkan daerah asal.
Perhimpunan semacam ini dapat juga menyatukan mahasiswa dengan rasa kebersamaan yang tinggi karena tiap-tiap daerah memiliki adat kebudayaan dan dialeg bahasa yang masing-masing berbeda. Dengan adanya ikatan ini mereka bisa bersatu karena adanya rasa kesamaan dan kesepahaman yang itu menjadikan ikatan persaudaraan yang menjadi sebuah ikatan keluarga besar di daerah perantauan. Terlebih di Indonesia sebagai Negara yang multi-cultural, suku dan ras, yang dengan adanya perhimpunan kedaerahan ini bisa dijadikan sebagai alat/ wadah untuk keakraban/ saling memahami satu dengan yang lainnya sesama daerah dan juga bisa dijadikan sebagai arena untuk menampilkan ciri khas/ identitas kedaerahan masing-masing untuk saling mengenal dan memahami antar daerah. Adapun permasalahan yang ada dalam kenyataannya yaitu ketika ego kedaerahan yang ditonjolkan lebih besar, yang biasanya dipicu akibat adanya sesuatu yang mengusik, meremehkan, atau suatu hal yang membuat tidak nyaman warga daerah tersebut yang memunculkan rasa ke-egoannya yang tak terkendali sehingga dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan, hal semacam ini bisa menjadi boomerang dan berdampak sangat tidak baik dalam jalinan persaudaraan antar daerah. Akan tetapi hal demikian sebenarnya bisa teratasi dan tidak akan terjadi ketika masing-masing daerah bisa saling memahami dan menghargai adat, kebudayaan dan kebiasaan masing-masing daerah tersebut.

Modal Kejujuran Untuk Negara Yang Bersih

 Modal Kejujuran Untuk Negara Yang Bersih
Oleh: Fikri Arief Husaen* 
Sungguh sangat memprihatinkan bila kita melihat permaslahan yang ada di bangsa tercinta ini, khususnya dalam setiap kesempatan yang bersifat rekrutmen dalam sebuah organisasi, lembaga, maupun pemerintahan, baik pada pengkaderan, lowongan pekerjaan, beasiswa, jabatan, dsb. Hampir dalam setiap kesempatan emas tersebut terjadinya praktek nepotisme. “Nepotisme” ini ibarat penyakit sosial yang menular yang mengatasnamakan kekerabatan atau teman akrab berdasarkan hubungannya.

Hal ini merupakan permasalahan serius yang harus dihilangkan, karena merugikan banyak pihak. Mereka yang memiliki kompetensi dan kemampuan lebih/mumpuni tersisihkan oleh mereka yang relatif tidak tepat penempatannya dikarenakan adanya praktek nepotisme didalamnya, yaitu dengan memberikan sejumlah uang/ semangat pertemanan dan persaudaraan.

Sebenarnya praktek nepotisme ini bisa dihilangkan dengan modal kejujuran dan taat terhadap aturan yang berlaku. Menurut Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc.; sebenarnya salah satu permasalahan yang menyebabkan bobroknya moral bangsa ini yaitu “masalah kejujuran”. Minimnya orang jujur merupakan permasalahan pokok dalam berbagai hal, salah satunya menimbulkan praktek nepotisme dalam sebuah lembaga bahkan Negara. Maka bila semua orang berprinsip kuat dengan memegang teguh nilai kejujuran dan taat terhadap aturan, maka semua akan berjalan lancar, nyaman, tidak ada pihak yang dirugikan karena berjalan sesuai dengan prosedural yang ada dan aturan yang berlaku.

Agar tercipta itu semua, maka semuanya saling berkaitan dan berperan penting dalam merealisasikan Negara yang bersih dari nepotisme yaitu dengan saling mengingatkan, dan juga dengan memperhatikan pola pikir kita dalam jangka panjang terhadap setiap tindakan yang akan dilaksanakan, menimbang antara kemaslahatan dan madharatnya. Apalagi bila dalam setiap lini kedudukan dan jabatan dalam sebuah organisasi, lembaga, aparat keamanan dan pemerintahan bisa berjalan selaras dengan memegang teguh prinsip kejujuran, maka tidak mustahil praktek nepotisme akan hilang pada setiap kesempatan yang ada bahkan akan terwujudnya bangsa yang berperadaban tinggi, terciptanya masyarakat yang madani. Untuk itulah mulai benahi diri kita sendiri, Seperti yang dikatakan AA Gyim,”mulailah dari diri sendiri”.

Serba Instan di Abad XXI

Seiring dengan perkembangan zaman, berkembang pula budaya yang serba instan. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak akan terpisahkan. Semakin maju perkembangan zaman, maka semakin meluas pula budaya yang serba instan. Kita bisa melihat budaya instan dalam berbagai hal; mulai dari makanan, pekerjaan, profesi, pengkaderan, politik, dunia olahraga sepak bola, bahkan dalam dunia pendidikanpun terjadi proses serba instan.

Dari segi makanan, banyak makanan instan yang kita jumpai di setiap toko maupun swalayan baik berupa kemasan, kaleng, siap saji, dsb. Dan hampir setiap orang mengkonsumsinya. Begitu pula dengan pekerjaan, hampir semua orang menyelesaikan pekerjaanya dengan jasa/ alat Bantu mesin; mesin cuci, rice coocker, bahkan saat ini orang-orang barat/ Eropa menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan rumah dengan bantuan robot yang diciptakannya dengan berbagai teknologi yang canggih, yaitu robot yang didesain sedemikian rupa hingga mirip seperti manusia sungguhan, sungguh serba instan di abad XX ini. Kemudian dalam hal politik terjadi banyak yang alih jalur ke ranah politik dari berbagai latar belakang; pengusaha, mubaligh, artis, dsb. Kemudian dunia olahraga sepak bola yang sering adanya naturalisasi pemain demi mewujudkan tim yang baik dan hebat dengan cara instant. Bahkan dalam hal pendidikanpun demikian, banyaknya pendidikan yang tidak terikat dengan waktu/ masa tertentu dan lembaga seperti; home schooling, paket A, B, C, dsb.

Dalam dunia akademik perkampusan pun demikian, banyak mahasiswa yang mengerjakan penugasan dari dosen dan demi mendapatkan nilai yang baik dengan cara instan, akhirnya dilakukan dengan cara yang tidak sportif seperti melakukan plagiat, copy paste, dsb.

Budaya Serba instan ini seperti panduan hidup di zaman modern saat ini, yang melakukan berbagai hal aktifitas kehidupan dengan serba cepat, gesit, dan mudah tanpa menghiraukan prosesnya.

Pendidikan Murah Tidak Terbukti di Indonesia

Pendidikan Murah Tidak Terbukti di Indonesia
Oleh: Fikri Arief Husaen* 

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Pendidikan merupakan masa depan bangsa, dengan pendidikan suatu bangsa dapat mencapai peradaban yang tinggi. Dengannya pula suatu bangsa mampu berdaya saing di zaman era globalisasi ini. Pendidikan bisa menciptakan masyarakat yang baik, bermoral, dan berdaya nalar yang tinggi.
Di Indonesia, pemerintah sudah mulai memperhatikan pendidikan, namun pada kenyataannya tidak sedikit masyarakat Indonesia yang tidak merasakan duduk di bangku sekolah karena mahalnya biaya pendidikan.
Memang pendidikan membutuhkan biaya, tetapi seharusnya pemerintah memberikan kontribusi yang optimal kepada rakyat bukan malah menambahkan beban kepada mereka. Masalah kegiatan tahunan, uang daftar ulang, uang bangunan, uang kegiatan sekolah, uang bulanan (SPP/ BP3), uang ekskul, uang computer, uang LKS, dan biaya yang lainnya yang menjadikan calon/ siswa (orang tua) menghambat sekolah. Untuk itu peran pemerintah dituntut untuk lebih memperhatikan dan memprioritaskan anggaran pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
B.         Rumusan Masalah
Dalam pembahasan ini ada beberapa rumusan masalah yakni:
1.   Faktor apa yang menjadi penyebab warga Indonesia tidak memperoleh pendidikan formal?
2.   Mengapa pendidikan di Indonesia Mahal?
C.         Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan masalah pendidikan yang mahal ada beberapa yang harus diperhatikan:
1.   Pemerintah harus optimal dalam meningkatkan pendidikan
2.   Memerangi kebodohan dan kemiskinan 


 BAB II
PEMBAHASAN
      Dalam hal ini terkait masalah pendidikan di indonesia, memang tidak terbukti pendidikan murah di indonesia. Hal demikian dapat kita lihat masih banyaknya rakyat indonesia yang tidak memperoleh pendidikan yang padahal itu merupakan tugas pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Hal itu disebabkan karena adanya beberapa faktor-faktor, yaitu al:
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab warga Negara Indonesia tidak bisa mengenyam dan memperoleh pendidikan secara formal yakni:
a.   Biaya pendidikan yang mahal
Pendidikan yang mahal merupakan salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak bisa merasakan duduk di bangku sekolah dan memperoleh pendidikan secara formal. Padahal pendidikan adalah merupakan masa depan bangsa dan syarat untuk mencapai peradaban yang tinggi. Pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang dan bahkan sudah berkembang dengan pesat. Lihat saja dikota-kota maupun di desa-desa, sudah terdapat banyak lembaga-lembaga formal yang berdiri tegak diberbagai daerah di Indonesia. Namun ironisnya warga Negara Indonesia masih banyak yang belum mendapatkan haknya yakni memperoleh pendidikan sesuai kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah indonesia sendiri yakni “wajib belajar 9 tahun untuk mencerdaskan anak bangsa” yang tercantum dalam UUD’45 sebagai penjabaran cita-cita bangsa melalui pendidikan  yang dirumuskan dalam bab 13 tentang pendidikan, pasal 31 ayat 1 dan 2  yang mengatakan:
“tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran/ pendidikan. Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar  dan pemerintah wajib membiayainya”.
Dari UU tersebut sudah jelas bahwasannya pemerintah harus lebih memperhatikan dan memprioritaskan pendidikan demi pemenuhan  kebutuhan hak masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang baik dan layak sebagaimana mestinya. Disamping itu terkait dengan pendidikan adalah merupakan tanggung jawab dan tugas pokok pemerintah dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dan demi terwujudnya masyarakat yang berpendidikan, bermoral, dan berpengetahuan yang luas.
b.   Masyarakat yang kurang mampu
Fenomena yang terjadi di Indonesia yakni banyaknya masyarakat yang kurang mampu (miskin). jangankan untuk memperoleh pendidikan (sekolah), memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja mereka sangat kesulitan bahkan tidak terpenuhi dengan baik. Ini merupakan salah satu faktor yang sangat fenomenal yang benar-benar kondisi dan keadaan masyarakat Indonesia seperti itu, yang tingkat kesejahteraannya masih rendah dan belum merata. Banyaknya rakyat indonesia yang belum memiliki atap untuk berteduh (rumah), sehingga mereka tinggal dan tidur dibawah kolong jembatan, dipinggir-pinggir jalanan, yang terkesan mereka tidak terurus dan terjangkau perhatiannya oleh pemerintah. Banyak dari mereka yang kelaparan, gizi yang buruk, penyakitan, dsb. Yang itu merupakan sebuah catatan penting/ PR bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan dan menanganinya dengan serius dan terprogram.  
Pertanyaan yang sering muncul di kalangan masyarakat menengah kebawah yaitu; mengapa pendidikan di indonesia mahal?
Mungkin dari wacana tersebut “mahalnya pendidikan di Indonesia” disebabkan adanya beberapa faktor yaitu:
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik terutama terkait dengan masalah pendidikan, tak lepas dan tak lain adalah karena tekanan hutang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran hutang. Hutang luar negri indonesia sebasar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen. Ini merupakan faktor utama mahalnya atau melambungnya biaya pendidikan di indonesia. Besarnya hutang yang dimiliki negara indonesia menjadikan melambung tingginya biaya pendidikan di indonesia. bagaimana tidak, APBN yang semestinya dianggarkan untuk pendidikan, namun dialihkan untuk pembayaran hutang ke luar negri yang cukup besar.
Makin mahalnya biaya pendidikan di indonesia tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilitas dana. Karena itu, komite sekolah/ dewan pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok dengan kata lain didalamnya terdapat unsur-unsur lain,”sesuai keputusan komite sekolah”. Namun pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota komite sekolah adalah orang-orang dekat dengan kepala sekolah. Akibatnya, komite sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan kepala sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk badan hukum, jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi faforit.     
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
            Sungguh sangat memprihatinkan sekali keadaan Indonesia saat ini, yang masih berada Dalam keterpurukan terutama masalah pokok Negara yakni terkait dengan pendidikan. Negara yang maju dan memiliki standar yang tinggi, ia akan lebih mengutamakan masalah pendidikan daripada masalah selainnya. Karena, mereka mengetahui bahwasannya dengan pendidikanlah suatu Negara akan memiliki peradaban dan pemerintahan yang baik, masyarakat yang memiliki wawasan dan daya nalar yang tinggi, sehingga masyarakat mampu hidup mandiri dan akhirnya rakyat sejahtera. Untuk itu dalam menyikapi dan mengatasi fenomena yang ada di indonesia ini yakni mahalnya biaya pendidikan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia agar terciptanya sebuah Negara yang mana masyarakatnya memiliki peradaban dan moral yang baik dan mampu berdaya saing dengan Negara lain agar tidak tertinggal oleh zaman dan mampu menyesuaikan diri di era globalisasi ini. Beberpa hal yang harus diperhatikn adalah:
  1. Pemerintah harus optimal dalam meningkatkan pendidikan
Pendidikan merupkan aset penting dalam sebuah Negara untuk terciptanya sebuah Negara yang memiliki peradaban yang tinggi, oleh karena itu pemerintahlah yang harus membenahi dan merancang program untuk terbentuknya pendidikan yang baik dan berkualitas, yang memiliki mutu yang tinggi. Dengan catatan; semua itu harus terjangkau oleh masyarakat yang ada, bila tidak demikian maka itu semua sia-sia belaka, karena hal demikian menjadikan adanya sebuah diskriminasi antara yang kaya dan yang miskin. Si kaya mungkin tenang, karena biaya masih bisa terjangkau dan teratasi. Tapi lihat si miskin, betapa sulitnya ia memperoleh pendidikan. Jangankan untuk biaya pendidikan, biaya kebutuhan kehidupan sehari-hari saja ia perolehnya dengan susah payah. Untuk itulah pemerintah harus optimal dalam membenahi dan meningkatkan kualitas pendidikan yakni dengan cara:
Subsidi adalah instrumen kebijakan yang digunakan pemerintah Indonesia untuk merealisasikan keadilan dan pemerataan pada berbagai pelayanan publik, termasuk pendidikan. Dengan adanya subsidi Negara yang ditujukan pada pendidikan, maka sangat membantu sekali terhadap rakyat miskin yng benar-benar tidak mampu untuk menjangkau biaya pendidikan itu sendiri. Hal ini merupkan sebuah realisasi yang ditetapkan pada UUD’45 sebagai salah satu kewajiban konstitusional Negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan dalam rangka mewujudkan cita-cita Negara.
Program pendidikan sangat membantu sekali pada masyarakat agar tidak sampai putus sekolah, seperti di tahun 2005 pemerintah meluncurkan program yang disebut BOS (Biaya Operasional Sekolah), sebagai cara untuk menyampaikan dana secara langsung ke sekolah-sekolah agar anak-anak tetap bersekolah dan memberi kebebasan dalam mengelola dana mereka sendiri. Dalam mendukung hal ini sekaligus upaya desentralisasi secara umum, pemerintah telah menetapkan prinsip Pengelolaan Berbasis Sekolah dalam system pendidikan nasional serta menyediakan kerangka untuk Standar Nasional Pendidikan. 
  1. Memerangi kebodohan dan kemiskinan
Salah satu cara agar masyarakat indonesia hidup sejahtera dan memperoleh pendidikan yang layak yakni dengan cara memerangi kebodohan dan kemiskinan. Dalam hal ini pemerintah harus berperan aktif dalam menangani dan mengatasi masalah tersebut. Mengentaskan masalah kemiskinan dan kebodohan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi membutuhkan proses dan program yang terencana dan terorganisir. Agar hasil maksimal dan optimal maka pemerintah harus menanganinya dengan serius dan begitu juga masyarakat harus ikut serta turut andil dalam membantu program pemerintah tersebut. Untuk itulah ada beberapa hal yang harus ditekankan dalam membrantas kebodohan dan kemiskinan yaitu:
Lapangan kerja merupakan sebuah lahan atau bisa menjadi sebuah mata penghasilan bagi orang yang membutuhkan, yakni pada masyarakat miskin dan orang-orang yang pengangguran, yang membutuhkan suatu pekerjan untuk memperoleh penghasilan yang tetap. Untuk itu, pemerintah harus cepat tanggap dalam mengatasi kondisi tersebut, demi terciptanya rakyat yang makmur dan sejahtera. Membuka lapangan kerja merupakan langkah/ program yang sangat efektif dan efisien untuk memerangi kemiskinan yang terjadi di indonesia ini.
Terkait dengan masalah kemiskinan dan kebodohan, sebenarnya pemerintah sudah terprogram dalam mengatasinya, namun dalam pelaksanaannya kurang begitu terarah dan teratur, sehingga tidak merata dan tidak terjangkau semua. Semisal program pemerintah memberikan RASKIN (Beras Miskin), yakni memberikan beras kepada masyarakat miskin dan juga memberikan sembako pada masyarakat kalangan bawah. Kemudian pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin. Adanya dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) untuk masyarakat agar tidak sampai putus sekolah, dan PBM (Pendidikan Berbasis Masyarakat), itu semua program pemerintah yang sudah ada yang harus lebih dioptimalkan lagi dalam melaksanakan dan merealisasikan program tersebut.
Itulah hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam memerangi kebodohan dan kemiskinan, bila itu semua terlaksana dengan baik, insyaallah rakyat indonesia damai dan sejahtera.         
BAB IV
 PENUTUP
  1. Kesimpulan
Pendidikan merupakan aset penting bagi negara, yakni merupakan masa depn suatu bangsa. Oleh karenanya peran pendidikan dalam mencapai negara yang berperadaban harus dibentuk dan dibangun dengan optimal. Pemerintah harus bekerja ekstra demi melaksanakan tanggung jawabnya dan memenuhi hak dan kebutuhan rakyatnya agar memperoleh pendidikan yang baik sehingga memiliki daya nalar tinggi dan mampu untuk bersaing di era modernisasi ini, itu semua demi terealisasinya program pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa. Dan itu semua tak luput dari kebijakan pemerintah agar biaya pendidikan dapat terjangkau di kalangan masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu, dengan kata lain biaya pendidikan yang tidak melambung tinggi akan tetapi pendidikan murah dan dapat terjangkau oleh masyarakat kalangan bawah.