Hampir di setiap kampus kita bisa menjumpai banyak perhimpunan mahasiswa berdasarkan ikatan kedaerahan/ daerah asal. Perhimpunan ini juga resmi layaknya sebuah organisasi yang memiliki beberapa program kegiatan selain kumpul-kumpul bareng. Saya rasa ini wajar karena ini merupakan sebuah ikatan persaudaraan yang juga merupakan ajang untuk saling mengenal satu sama lain berdasarkan keluarga besar daerah asal. Justru dengan adanya perhimpunan seperti itu bisa saling memperluas dan mempererat rasa persaudaraan khususnya sesama “penuntut ilmu” (perantau) berdasarkan daerah asal.
Perhimpunan semacam ini dapat juga menyatukan mahasiswa dengan rasa kebersamaan yang tinggi karena tiap-tiap daerah memiliki adat kebudayaan dan dialeg bahasa yang masing-masing berbeda. Dengan adanya ikatan ini mereka bisa bersatu karena adanya rasa kesamaan dan kesepahaman yang itu menjadikan ikatan persaudaraan yang menjadi sebuah ikatan keluarga besar di daerah perantauan. Terlebih di Indonesia sebagai Negara yang multi-cultural, suku dan ras, yang dengan adanya perhimpunan kedaerahan ini bisa dijadikan sebagai alat/ wadah untuk keakraban/ saling memahami satu dengan yang lainnya sesama daerah dan juga bisa dijadikan sebagai arena untuk menampilkan ciri khas/ identitas kedaerahan masing-masing untuk saling mengenal dan memahami antar daerah. Adapun permasalahan yang ada dalam kenyataannya yaitu ketika ego kedaerahan yang ditonjolkan lebih besar, yang biasanya dipicu akibat adanya sesuatu yang mengusik, meremehkan, atau suatu hal yang membuat tidak nyaman warga daerah tersebut yang memunculkan rasa ke-egoannya yang tak terkendali sehingga dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan, hal semacam ini bisa menjadi boomerang dan berdampak sangat tidak baik dalam jalinan persaudaraan antar daerah. Akan tetapi hal demikian sebenarnya bisa teratasi dan tidak akan terjadi ketika masing-masing daerah bisa saling memahami dan menghargai adat, kebudayaan dan kebiasaan masing-masing daerah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar