PERAN PENDIDIKAN DALAM PERUBAHAN SOSIAL
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam perubahan sosial dan dalam pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu berdaya saing. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan memdapatkan peluang yang besar untuk meningkatkan kualitas daya saing mereka dan tingkatan rendah pendidikan seseorang maka akan mengalami kesulitan dalam menumbuhkan kemampuan daya saing seseorang. (Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press hal 272)
Namun sebenarnya, pendidikan bukan saja sebagai alat membentuk sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, melainkan diharapkan juga ikut menentukan terjadinya berbagai perubahan social. Sebagaimana catatan sejumlah ahli, bahwa pendidikan sangat berperan dalam pembentukan kelas professional atau yang disebut kelas menengah, sebuah lapisan masyarakat yang oleh Danil S. lev sebut-sebut sebagai sumber utama bagi terjadinya perubahan.
(Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press hal 273)
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH
Manusia hidup dan tinggal sebagai anggota masyarakat, yang mana didalamnya terdapat interaksi sosial dengan orang-orang disekitarnya. Interaksi sosial inilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat karena manusia merupakan makhluk sosial yang hidupnya sangat bergantung pada orang lain.
Dalam kehidupan sering terjadi pengelompokkan yang dibedakan dengan kelompok Primer dan kelompok Sekunder. Kelompok Primer adalah kelompok pertama dimana ia mula-mula berinteraksi dengan orang lain, yakni keluarga, kelompok sepermainan, dan lingkungan tetangga. Dalam kelompok ini ia mempelajari kebiasaan yang fundamental seperti bahasa, soal baik buruk, kemampuan untuk mengurus diri sendiri, kerjasama dan bersaing, disiplin dan sebagainya. kelompok primer ini juga sering disebut Gemeinschaft. Sedangkan kelompok Sekunder dibentuk dengan sengaja atas pertimbangan tertentu berdasarkan kebutuhan tertentu seperti perkumpulan profesi, organisasi agama, partai politik. Kelompok sekunder ini dapat hidup lama melampaui suatu generasi. Kelompok sekunder ini sering disebut Gesellschaft.
(Prof. Dr. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan, Jakarta; PT Bumi Aksara, hal 61)
Penggolongan lain terutama berdasarkan fungsinya ialah kelompok “Orang-dalam” (in-group) dan kelompok “orang-luar” (out-group). Kelompok orang dalam yang terdapat kelompok primer maupun sekunder, adalah kelompok terhadap siapa kita merasa solider, setia, akrab, bersahabat, rapat. Kita merasa bersatu, seperasaan, sepikiran, seperbuatan dengan mereka, saling memahami dan penuh cinta dan simpati. Sedangkan terhadap kelompok orang luar kita dapat merasa tidak senang, bahkan benci, menganggapnya mereka sebagai saingan, lawan, ancaman. Begitupula dalam tingkat sekolah, khususnya pada tingkat SMA sering adanya rasa in-group yang kuat, sebagai contoh pada pertandingan antar-sekolah sering berakhir dengan perkelahian yang sering mempunyai ekr yang berlarut-larut.
(Prof. Dr. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan, Jakarta; PT Bumi Aksara, hal 61)
Kebudayaan
kebudayaan adalah suatu keberagaman yang ditimbulkan oleh masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar daerah tersebut. Hubungan antar individu terjadi dengan adanya saling timbal balik, kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan seingga terjadi perubahan sosial.
Dalam pembagiannya kebudayaan dapat dibedakan menjadi kebudayaan eksplisit dan implisit. Kebudayaan eksplisit yang dapat diamati secara langsung dalam kelakuan verbal maupun non verbal pada anggota-anggota masyarakat. Kelakuan eksplisit misalnya dapat kita lihat pada kelakuan dua orang atau lebih dalam situasi-situasi normal menurut peranan masing-masing misalnya dalam interaksi antar suami-istri, orang tua-anak, guru-murid, atasan-bawaha, dan sebagainya. dan kebudayaan implisit terdiri atas kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma yang dapat ditafsirkan ahli antropologi untuk menjelaskan berbagai kelakuan anggota masyarakat. Dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah yang layak, pantas, baik atau seharusnya. (Prof. Dr. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan, Jakarta; PT Bumi Aksara, hal 62-63)
Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara-cara berfikir dan berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyaraka. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat disebut kebudayaan. Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, ketrampilan, kesenian, moral hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang terdiri atas buah pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan individu-individu, dipelajari berkat hidup mereka dalam lingkungan sosial.
(Prof. Dr. S. Nasution, MA. Sosiologi Pendidikan, Jakarta; PT Bumi Aksara, hal 63)
Kebudayaan Sekolah
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang berlaku diaitu dapat disebut kebudayaan sekolah. Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun memiliki cirri-ciri yang khas sebagai suatu “subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dank arena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Timbulnya seb-kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar